Agama Bagi Diri Kita

Dengan diiringi alunan musik lembut di pagi hari dan secangkir teh krisan saya mendadak sangat ingin menulis sebuah artikel yang merupakan resume dari sebuah bab dalam buku yang ditulis oleh YM. Bhante Uttamo seorang pemuka agama Buddha yang sangat dihormati di Indonesia.

Dalam banyaknya keragaman dan suku bangsa, di dalam hidup bermasyarakat tidak jarang terjadi gesekan-gesekan yang disebabkan oleh pemahaman sempit tentang agama.

Beliau memberikan sebuah pertanyaan, apakah tujuan agama bagi manusia?

"Agama untuk Hidup" ataukah
"Hidup untuk Agama"

Dalam menjawab hal tersebut Bhante Uttamo memberikan panduan bahwa sebelum menjawab hal tersebut Bhante selalu memberikan penekanan bahwa Agama adalah kecocokan pribadi yang sangat relatif dan mencari benar-salah suatu agama adalah bukan merupakan pekerjaan mudah yang dapat dibuktikan dalam waktu singkat. Hal ini seperti halnya seorang yang menyukai permen, sedangkan lainnya tidak, maka tidak ada alasan bagi mereka yang tidak suka permen untuk melarang seseorang untuk ikut mereka tidak suka permen tanpa memberikan pengertian yang jelas dan pembuktiannya bisa diterima oleh pihak lainnya. Jelas, hal ini merupakan kondisi yang memberikan kebebasan bagi semua pihak untuk menunjukkan tanggung jawab dan kedewasaan berpikir, berkata, dan bertindak yang benar untuk akhirnya menciptakan saling pengertian.

Raja Asoka salah seorang raja dari negara Magadha yang dahulunya kejam, setelah mendapat pengertian dalam Buddhisme akhirnya menjadi raja yang dihormati dan disegani karena apresiasinya yang sangat tinggi terhadap toleransi beragama dan pentingnya mempraktekan ajaran kasih dalam kehidupan sehari-hari serta melepaskan sifat bengis/kejam seperti yang hingga kini masih bisa kita baca pada ROCK EDICT XIII (mengajak kita hidup bersih, ramah-tamah,non violence), BHABRA EDICT (mengajak semua pihak mempraktekkan Dhamma/Kebajikan dalam kehidupan sehari-hari), dan PILAR ASOKA yang sangat terkenal dengan nilai toleransi tingkat tinggi yang belum pernah kita lihat sebelumnya:

"Janganlah kita menghormat agama kita sendiri dengan mencela agama orang lain. Sebaliknya agama orang lain dihormat dengan dasar tertentu. Dengan berbuat begini kita membantu agama kita sendiri untuk berkembang disamping menguntungkan pula bagi agama lain. Dengan berbuat sebaliknya kita akan merugikan agama kita sendiri disamping juga merugikan agama orang lain. Oleh karena itu barang siapa menghormat agamanya sendiri dengan mencela agama orang lain semata-mata karena dorongan rasa bakti kepada agamanya sendiri, maka dengan berbuat demikian ia malah amat merugikan agamanya sendiri."

Dari sepenggal tulisan yang ditulis raja Asoka menunjukkan betapa besar jiwa beliau untuk berusaha menciptakan kedamaian di dalam masyarakatnya dan bersifat universal tanpa membedakan mereka berasal dari golongan, agama, kasta, atau negara tertentu. Benar-benar luar biasa!

Kembali kepada tujuan Agama untuk Hidup, umat Buddha sangat diharapkan untuk selalu bertanya kepada diri sendiri "Sudahkan saya memanfaatkan ajaranNya untuk peningkatan kualitas bathin saya?"

Pertanyaan ini sangat penting agar kita selalu ingat dan waspada bahwa agama bukanlah berhenti pada pemanjatan doa, ritual, datang ke tempat ibadah, namun lebih ditegaskan kepada peningkatan kualitas diri untuk menaklukkan ketamakan, kebencian, dan kegelapan hati sehingga dengan Agama seseorang semestinya semakin baik, terjaga perilakunya, dan memberikan manfaat dan kebahagiaan yang diperoleh lingkungannya dengan kehadirannya disana.Bukan sebaliknya kita beragama, tapi kita ditakuti oleh lingkungan kita, berarti telah terjadi penafsiran keliru oleh individu tersebut atas agama yang dianutnya.

Jika dipikir-pikir dan diperhatikan para Nabi atau Guru Agung tidak ada membentuk Agama, mereka semua hadir dengan tujuan untuk mengajar kebajikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat saat itu dan menimbulkan kesan mendalam dan sangat dihormati oleh banyak pihak. Agama lebih kepada bentuk 'kelembagaan' yang dilanjutkan oleh para muridNya sebagai tuntunan agar kebajikan yang diajarkanNya dapat menjadi pedoman bagi kehidupan kita agar siapapun yang melaksanakannya mampu melenyapkan ketamakan, kebencian, dan kegelapan bathin.

Ada baiknya mulai sekarang kita menjalankan praktek kebajikan yang diajarkan di dalam agama kita masing-masing secara benar sehingga memberikan kontribusi nyata bagi diri kita, dan orang-orang di sekeliling kita berupa kehidupan yang damai,aman, dan tentram.

Pesan moral yang sangat ditekankan oleh Bhante Uttamo kepada umatnya adalah :
"hendaknya dimengerti bahwa seseorang menjadi baik bukan diukur dari lamanya ia belajar agama, melainkan dari kesediaanya untuk melaksanakan berbagai ajaran yang ada dalam agamanya. Kesediaan ini diperlukan karena ajaran agama adalah untuk mengatasi diri sendiri sehingga menjadi orang yang lebih baik dan tidak menimbulkan masalah untuk lingkungannya"

Semoga saya, anda, mendapatkan manfaat peningkatan kualitas kehidupan dan semakin tercipta toleransi yang makin baik dari waktu ke waktu..

Comments

Popular Posts