Jalan-Jalan:Hari Pertama di Akhir September, Manado Kota Seribu Gereja

Akhirnya untuk kedua kalinya kakiku menginjak tanah Manado yang indah. Kota yang memiliki kondisi seperti Bali kota kelahiranku dimana laut terhampar dan gunung yang merangkul kota Manado merupakan anugerah alam yang luar biasa dan patut disyukuri. Tak salah Manado dijuluki kota seribu gereja, karena dimana-mana saya melihat deretan gereja yang indah di kanan kiri jalan yang saya lalui.

Menempuh perjalanan sejak pukul 08.45 dan sempat transit di Ujung Pandang untuk tukar pesawat dengan Boeing terbaru Lion (andai semua pesawat MD diganti dengan jenis yang sama) hingga menyentuh landasan Sam Ratulangi Manado pukul 13.40 membuat perutku menuntut untuk diisi.

Rekan bisnis saya menawarkan makan nasi kuning khas Manado, tanpa pikir panjang saya mengiyakan karena saya yakin makanan Manado pasti pas dengan selera saya yang asli Bali. Akhirnya kita masuk ke sebuah warung sederhana yang ternyata merupakan warung yang sudah berdiri puluhan tahun lalu. Tampak dari arsitektur bangunan yang cukup tua tapi masih terawat dengan baik. Anda kalau datang ke Manado jangan lupa mencicipi nasi kuning ini. Disini nasi kuning lebih cenderung disantap sebagai kulinari harian dan bukan untuk pesta atau seremoni lainnya seperti halnya tumpengan di tanah Jawa. Dan satu hal lagi yang membuat saya terkejut, karena cita rasa nasi kuningnya sangat mirip dengan nasi kuning yang saya santap di Bali cuma disini tidak disertai sayur nangka, sedangkan lainnya mirip sekali terutama sambalnya.

Kota Manado berkembang sangat pesat. Jalan Raya Boulevard yang tiga tahun lalu saya kunjungi masih relatif tampak pantainya kini tertutup oleh deretan mall dan pusat pertokoan yang terbentang dari ujung ke ujung. Berbagai vendor terkemuka juga sudah masuk ke daerah tersebut.Saya tidak sabar ingin melihat suasana malam minggu di daerah tersebut, apakah sepadat Losari di Makassar atau Kuta di malam hari.

Saya sempat berkeliling di mall tersebut dan menurut saya pemilihan mall tepi pantai juga agak hampir mirip dengan Centro di Kuta, bedanya di deretan mall Boulevard Manado di belakangnya adalah deretan parkir kendaraan dan tidak saya jumpai open stage seperti di Centro. Tapi tetap mempunyai daya tarik untuk melihat indahnya sunset dan kelip lampu di gunung dan bukit yang mengelilinginya serta memandang kokohnya Gunung Manado Tua di kejauhan.

Malam hari dengan sedikit berjalan kaki menyeberang ke IT Center saya diundang makan malam ke kedai Dhabu-Dhabu yang menyediakan hidangan laut. Kata orang Manado, "Bukan orang Manado kalau tidak bisa makan ikan" sebuah slogan yang unik tapi itulah kenyataan. Manado penuh daya tarik dan hampir semua yang unik ada disini mulai kayanya makanan khas Tinutuan, hamparan pasir dan laut yang indah, serta kokohnya bentang pegunungan. Jadi tunggu apalagi, jangan ragu untuk singgah ke Manado.

Day 26 Sept 2007

Comments

Salam hangat untuk warga manado!

Popular Posts